Eling-Elinga Wong Eling Dudu Maling

Selasa, 10 November 2009 0 komentar

Eling lan waspada, iku pituture wong atua
gelem eling aja gampang pangling
eling-elinga dadi jalma manungsa
kudu eling karo sapepada
eling karo sing gawe urip,
eling karo sekabeh ciptaane
eling yen diri kula iki urip mung saderma
wong kang eling ning diri iku kaya dene pring tutus
ngiket sapamburine wong urip kudu jangkep pangawerue
sepatute kita eling ning bumi kang dadi pedhekane urip
eling karo langit rumasa nduweni kepengenan sing akeh
eling-elinga yen ketiga langka banyu, aja kakeen gemuyu
banyu butek diwadai ember, banyu comberan genae penyakit
banyu bening katon iwake
eling kudu bener, omongan aja nyelekit, tuniba waktu ning enake
elinga ning srengenge sing mai pepadang ning jagat raya
aja gumede, aja kadiran, aja kuminter
langka elinge bisa kepater
elinga ning gegodongan sing pada garing, tanduran kudu disiram
latar amba ditanduri, kalen dibeneri, kali dikeruki,
dalan diratani karo ati kang ikhlas
campuri aspal sing akeh welas. wong tani butuh dermaga sing waras
wong nelayan butuh beras, senajan akeh iwak, akeh duit,
langka elinge betataran rejekine
eling-elinga wong eling dudu maling
aja dumeh lagi nduweni jabatan korupsi brak-brakkan kaya nebar beling
pengen dadi pegawe negri ngumbar duit jor-joran harta
padahal bakti ning negara bli kudu ndodok ning jao empuk
mangan krupuk, nginum teh bruk, saben ana pluang dicakruk
bli eling kuen kuh duite rakyat, ketangguan bisa kegaruk
eling-eling aja dadi maling. Ayoh pada eling ning jagat persada
pengen urip sempurna nyampe bahagia kang paripurna
aja klalen dedonga, eling ning nasibe wong cilik, bangunana
keslametan dunya akherat go sapa bae, aja mung petangtang petenteng
kaya sega setengah mateng, gawe lara weteng
katon atine ireng bisa dibandreng.

Nopember 2009

Semut Bicara : Rudi ST Dharma

Jumat, 06 November 2009 0 komentar

Nurochman Sudibyo YS.

Semut Bicara
:Rudi ST Dharma

Kearifan demi kearifan mulai dibaca lewat berlembar pamflet
seperti sebagian kecil komunitas hutan dan reranting kering
diantara kerumunan semut hitam dalam konfigurasi seragam ninja
mencari keseimbangan hidup, meski tak selalu berneraca
sembari ngemut permen kupandangi kanvas kecil di tembok semen
lalu kusaksikan bagaimana kau mulai torehkan tandatangan sakti
kanvasmu dipenuhi peluh berjuta samudra komposisi

Melancongi kotamu disaat simbol lahir kecamasan orang-orang
yang sibuk membaca rambu lalulintas masyarakat absurditas
yang tiap waktu berganti ruang. Melapisi kaca-kaca udara
atfosmir langit penuh ozon, dimana gadis kecilmu bersenandung
saat datang ditanganmu jalan-jalan penuh rencana. Belajar
mengarsir garis lurus, atau sekedar memberi sambutan hangat
dengan beratus kuntum bunga-bunga yang bermekaran di tengah
bumi katulistiwa. Atau disaat hutan-hutan ikut membakarmu perlahan.

2008

Gadis Kecil di Kanvas Besar : Wahyu S.

0 komentar

Nurochman Sudibyo YS.

Gadis Kecil di Kanvas Besar
:Wahyu S.

Gadis kecil di kanvas besarmu seperti potret anak-anak dunia
memandang bendera Amerika. Penuh heroik dan tanda tanya
seperti kemana perginya Superman, atau jagoan dunia fiksi
yang mengangkasa bersama jutaan balon-balon udara
dari mulut kecilnya tiap tiupan busa samphoo berhamburan
menjadi boneka Barby, seperti tengah bermain ironi dan imagi
dianatara busa sabun sosialisme atau shampoo imperialisme
mimpi anak-anak metropolism lahir di saat pasca milenium

Obyek gambarmu mengajakku berwisata ke penjuru dunia
sampai di atas lagit, awan hitam memayungi kondominium
realisme yang tercipta dari kemul asap mega industrialisasi
dan farfum-mu tercium usai terkirim di parsel ekonomi massa
diantara carut marut jagat komunikasi dan jutaan jaringan
ponsel, mengeriput di kerut bumimu, yang bergetar. Aku nanar
terpigura di etalase globalisasi, modernitas dan roti tawar
mengganjal untuk sementara di mulut anak-anak generasi kita
yang terbiasa menyantap burger, pissa, Centaky fread ciken,
dan ujung sepatunya latah mencukil tanah. Tiap hari menendang
beribu kaleng bekas minuman penyegar dan coca cola
sedang jiwanya dibiarkan meliar diantara hatinya yang terbakar.

2008

INCLUDE : :J. Suharjono

0 komentar

Puisi-puisi tentang bandung
Nurochman Sudibyo YS.


INCLUDE
:J. Suharjono

Kotamu semangkuk sop, Jon. Lalu dimana posisimu?
aku diantara gunung-gunung, melingkari keramaian
jalanan. Saat berlari, pagi di jarak 12 kilometer pertama
Lembang, antara ladang bunga dan aspal dingin
Serasa kelopak kol mengelupas dan daun wortel terserabut
sewaktu kunikmati seduhan teh hijau dan hangatnya
aroma kopi, menguap dari termos
sebuah kios rokok di depan gedung tua,
habiskan bergelas susu bersama sepotong roti sumbu
kita berupaya menekan geregap kendaraan dan ambulan
kian ramai hingga jelang matahari. Kini, cahayamu merayap
di sisa embun daun-daun talas

dan Seekor kodok merah parkir seenaknya,
di bawah rindang kamboja kucoba membagi anganku
meliarkan harapan ke banyak mata memandang
selalu ke depan. Berkelakar menyoal kwas
di getar pelukis muda dan mulut belati seorang dosen
kuduga reranting tua lama terdiam. Sering anganku terbanting
hingga sering kuamati nafas daun, daun bernafas katamu,
mengalunkan warna-warna bias ke udara hingga diterpa angin
seperti seruling bambu dan sisa serat rama-rama berdenging
mengajak bercengkerama diantara riuh pagi gegas mahasiswa
yang melukisi kanvasnya dengan tangan mengepal
kwasnya berlepotan tinta menoreh warna darah dan air mata
kita pun terpana, lalu kembali kita berdialog.
Saling bertanya-tanya. Kapan melanjutkan perjalanan,
atau melukisi sunyi malam setelah jeda
dan tak ada lagi komunikasi bertaut, atau sekedar
berbagi rizki. Selain suntuk di wisik embun kembali diam
di permukaan daunmu lalu membeku. Katamu ingin
kau terbang mengawang, diantara warna warni
udara kotamu, selagi nafas daun dan daun bernafas
mimpi itu kembali pudar. Kita memang belum secara kolektif
sadar, membayar ketaksanggupan diantara mata nanar
melawan keraguan akan keanekaragaman friksi.

2008

 
Gurit Dermayon © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum