Perempuan Dengan Belati di Betisnya - Nurochman Sudibyo YS.

Jumat, 09 Juli 2010 0 komentar

Nurochman Sudibyo YS.
Perempuan Dengan Belati di Betisnya

Perempuan dengan belati di betisnya, seperti memberi tanda
ada dua nyawa pernah rebah. Tut-tut hend phond terdengar bingar
seperti detak jatungmu yang terus berdebar

Mengarang derita dari rangkaian suara ibunya. Terus berkata-kata. Tubuhmu limbung serasa dibuai debur ombak pantura yang mengganas dan suara perkusi jalanan bertalu-talu. Semua nada mencatat di kertas biru. Kau buat pusara kuburmu. perempuan itu meremah darah, berambut merah, bergaun merah, bergurat amarah yang menuturkan permainan angin dan elusan lembut di jelitamu. Perempuan dan mata pedesaan yang memimpikan kota juga seribu kata-kata berwacana tua. Selalu masih ada shampoo yang dikeramaskan di kepalamu. Rambut perempuan itu berderai menghujani imajinasiku. Lalu aku berhayal tentang kerapuhan desa membaca kota. Tak lagi kubiarkan tarian gemulai anak-anak perawan menghias bunga di selipan telingamu yang seksi.

Och perempuan dengan belati di betisnya. Jangan takut mawar hancur berdebu
Karena aku yang termangu di hadapan mu. Sudi mencabut belati dengan seribu puisi yang tersisih ini. Ulurkan tanganmu mari kita sepakati. Menandatangani prasasti Pangikat Serat Kawindra ini.

07-10

Doa Perempuan di Depan Cermin - Nurochman Sudibyo YS.

0 komentar

Nurochman Sudibyo YS.
Doa Perempuan
di Depan Cermin


Depan cermin kelenteng tua perempuan itu berdoa
tulus dan pasrah Ia puja dewa-dewi di surga
mengharap tibanya kecantikan ratu dunia
kesempurnaan wajah sang dewi purba
pun cantiknya ibu dewi Kwan Tien, Ibu Ratu Roro Kidul
Dewi Lanjar, Nyi Pho Ha Cie, dan Nawang Wulan
mengawang sepanjang masa

Di depan cermin perempuan itu membaca alam
dengan rambut diurai berlumuran doa
membiarkan alisnya berpeluh doa
memerah matanya cahaya api doa
hidungnya begitu tenang bermuatan doa
mulut dan bibirnya komat-kamit dalam doa
di dagunya menggantung doa
telinganya tertindik doa
pipinya memerah doa
sekujur tubuhnya berkemul doa

: di depan cermin kelenteng tua harapan dilabuhkan
untuk selalu ada sesaji dan samudra doa-doa
bergelantungan seperti berjuta lampion bercahaya.

08-10

Seorang Ibu di Kepala Anak Gadisnya - Nurochman Sudibyo YS.

0 komentar

Nurochman Sudibyo YS.
Seorang Ibu
di Kepala Anak Gadisnya


Seorang ibu di kepala anak gadisnya
menaruh wajah di bara memerah
duduk tersipu, airmata mencipta
energi segala satu. Isi kepalanya ingin tahu degala
pergi menuai mimpi ke massa perang yang akan datang

Seorang ibu mencoba mengatur cara berjalan
anak-anaknya. Diajak menuntun seekor angsa
diajar menjahit sobekan kain perca
menulis menu dan seluruh daftar rencana
program asa teragenda disetiap acara
menyusun botol-botol bekas anggaran belanja

Seorang ibu mengajak anaknya bercermin
mengatur panjang pendek rambutnya
memotong ujung kuku jemarinya
mengerik jalur-jalur nafas di kulit punggung
menghitung sampai kapan hidup harus bergantung.

08-10

Perempuan di Perantauan - Nurochman Sudibyo YS.

0 komentar

Nurochman Sudibyo YS.
Perempuan di Perantauan

Perempuan di negeri yang amat jauh
pahlawan pemberani berpeluh
hingga datang perahu saling membuang sauh
menembus samudra massa yang teduh

Jika kau merupakan bagian dari sejarah, masa lalu
Membuktikannya dengan artefak hidup dan kehidupan
atau jadi fosil di zaman yang tak terbantahkan

Sejauh pikir orang-orang saling memandang
sejelas wajah ayu-mu laksana ratu Hindustan
tapi kini cermin tak dapat lagi kau temukan
sepanjang hidup mengembara mencari hulu dan muara
laksana geliat sungaimu Cimanuk yang kian meliuk
hingga orang-orang pergi ke muara tanjung Ciangmau
kau dengar mereka bersorak-sorak merangkul pulang
menyebut selamat datang gadis ayuku yang malang.

2010.

OBITUARI AGUSTUS’ 09 : Mbah Surip & WS Rendra - Nurochman Sudibyo YS

0 komentar

OBITUARI AGUSTUS’ 09
: Mbah Surip & WS Rendra



Selalu saja bercelana jean. Ke mana-mana menghikmati diri
di usia yang kian tumbang. Tak ada sedikit yang terbuang
meski cukup banyak menanggung hutang turun temurun kini
“tak gendong’, katamu sembari terkekeh kekeh meledekku
sepenuh keceriaan, diantara surat gugatan yang menumpuk
dan kantor DPR penuh dengan bunga Zaetun dan nyanyian angsa

Akan kau bawa kemana irama nasib rakyat kita ini
setelah tidur, kembali tidur, bangun dari kemelaratan
tengah bermimpikan engkau disaat berorasi
atau saat membaca sajak diantara para demonstran
dan puing-puing rumah gusuran
lalu suara gitarmu mengusik telinga para pembisik

Hingga sampai pada hari yang berkeringat
kemarau mengawali banjirnya airmata
yang menyemburatkan puisi,
usai kudengar tidurmu yang penghabisan
diiring ribuan kepala dan tangan mengusung keranda
sampai di pusara tautan berjuta bunga
menghiasi lagu dan sajakmu
membahana hingga ke langit lapis tujuh

mbah...., ini doamu atau sejumput serapah
yang kau alirkan pada kami. Tinggal modal sampah
selaku komunitas kaum sebatas terompah
yang cukup siap dengan berbasah basah
menangkapi sinyalemen lagumu. Tak gendong
aku dibebani triliunan sundep tapi aku tertawa landep

Mas...., maaf jika kami tak punya sajak khusus
bagi wakil rakyat atau kawan mereka si konglomerat
Smua yang kau bangun telah memberi isyarat
mengangkatmu dengan jubah bermaklumat.
hari yang panas, ada banyak kelelawar setiap malam
banyak jiwa lapar kemudian satu per satu terkapar.


Indramayu-Cirebon 2009-08-14

Sinergi Wangi Seteguk Teh Slawi - Nurochman Sudibyo YS.

0 komentar

Nurochman Sudibyo YS.
Sinergi Wangi
Seteguk Teh Slawi


Berbulan kukendarai angin, bergelut rasa dingin. Gairah di dadamu
bisik lembut, di telingamu memerah sesaat. matahari pulang lalu pergi lagi
pagi dini hari, jalanan Slawi mengusir sepi embun. Batu melepas debu jalanan
diantara pekerja berseragam, bersepeda dengan aroma yang segar
dari arah Kota Tegal jiwaku terpental, anganku mengental di cangkir tembikar
melingkari poci merah dengan sebungkus teh wangi dan air mendidih
berhenti di situ, gadis berkerling mata bercengkerama
memulai hari dengan aroma teh sepanjang hari. Sembari memaknai
kemana jatuh dan dibiarkan ujung rambutnya hingga terjuntai di bahu
aku mengenalinya satu-satu sambil lalu, pertama sekali di saat
mulai memetik daun teh, udara dingin berganti memanas, sorenya hujan
kulihat telinganya mawar, matanya ketumbar, alisnya tersimbar,
harumnya melati kesuma hati. oh Slawi wangi. Tak ada yang mesti di interupsi

Sejak perkenalan di ujung perbatasan desa arah selatan itu, berkali kutulis puisi
Selalu kukenang matamu yang terang, dan harum tubuhmu tiap kali kutegukkan
Minuman. Ingat selalu Slawi. Seperti mengingat tubuhmu yang seksi. Padahal sudah bercangkir-cangkir kuteguk rasa manis gula batu dan aroma tubuhmu
Selalu menawarkan, untuk diteguk, dan selanjutya tak hendak membuatku mabuk sampai terkantuk-kantuk atau harus batuk-batuk memaknai cinta dari seteguk teh Slawi wangi yang suntuk.

2010.

Nurochman Sudibyo YS. Chen Thury Kawin Siri

0 komentar

Nurochman Sudibyo YS.
Chen Thury Kawin Siri

Jika ibu pilih menangis, menangis saja lah
apalagi jika tak ada ruang untuk berkilah
ucap Chen Thury pada ibunya. 9 tahun bapaknya pergi
bilang memburu koruptor, pulangnya bawa istri baru
apa pun alasan mereka sudah kadung berhimpun, Bu!
menghitung uang, menguras tabungan meskipun
benar, kalau pun bersalah, apapun.....oke saja lah
lihatlah anak-anakmu serasa negeri yang terbelah

Chen Thury menjerit-jerit di pintu kelenteng
sejak kecil ia memang bukan perempuan cengeng
hasratnya ikut serta memanggul tempekong
imlek tahun baru, kian menjauh dari pelukan engkong
rencana kencan bareng ibu belumlah disokong
berkali strategi managemennya kaleng kosong

Och....dewi Kwan Tien kukenang dirimu di malam pengantin
ijinkan sesaji ini melengkapi rasa syukurku yang membatin
seperti warna-warni dodol cina, juada pasar dan arak putih
menjadi simbol keberkahan kita, di atas meja sembahyangmu
hingga luka setahun hendak diobati dengan ramuan perih
nasib seperti dibentangkan oleh jarak sepasang liontin
dan Tsen Thury lebih memilih kawin ketimbang bimbang
memihak pada para penabung atau menolak kawin siri.
karena ibu tak sedang hidup di habitat ayam-ayaman.

2010

Reposisi Hujan --Kontruksi Hari Tanpa Jati - Nurochman Sudibyo YS

0 komentar

Nurochman Sudibyo YS.

Reposisi Hujan
--Kontruksi Hari Tanpa Jati

Sedemikian deras diguyurkan kearifan demi kearifan untuk masyarakat
atas kendaraan yang kita tumpangi bersama. Sedangkan
hujan tidak lagi sekedar air dan sumber airmata. Subyektifitas atas
kecemasan demi kecamasan dunia asing yang sama-sama diamini
lalu kita melaju deras mengatasi kedinginan informasi yang acak

Silih ganti negeri ini dihujani keperihan dan ketakpercayaan diri
seperti orang orang menenteng timbangan dan merentalkannya
sepanjang jalan. “Berat sama dijinjing, uang dipertimbangkan”
mata merah mereka bukan tak tidur, sebab terus membaca
betapa detail dan telitinya setiap komponen yang kau bangun dengan
keterasingan, aturan main dan tatanan yang dibiarkan poranda

Hujan memang terus bermasalah. Tak Cuma di lembar tisyue
namun juga menu makan malam, usai kau rasakan hentakan ban kempes
akibat lubang sepanjang jalan di kota-kota sepanjang pantura
dibiarkan aspalnya mengelupas jadi sumur. Dengan alasan beribu kemacetan
seluruh komponen struktural dan kelembagaan dipagari secara hirarkis

Ranah hukum yang mana diutamakan oleh tuan-tuan dan nyonya-nyonya
sementara rakyat masih mengharap hujan bisa mengairi sawah
dan kebun singkong menjadi sumber energi kekuatan maha dahsyat
banyaknya arus perubahan. Sedemikian besarkah anggaran diperuntukan
untuk sebuah kontruksi hujan mengusung hari-hari bersejarah
tanpa kesejatian diri. Tanpa ketulusan budi, sembari menyadari
kebersamaan demi kebersamaan dalam menentukan sudah seberapa banyak
kita benci hujan atau diuntungkan oleh nya hingga mencapai
sebuah bangun datar. Menyoal kemaslahatan sebuah negeri bayang-bayang
yang dimitoskan Ibu Dewi Nawang Wulan, Nyi Pohaci, Ibu Ratu Roro Kidul,
Ibu Dewi Lanjar dan Ibu Hj. Siti Fatimah?
kita malah asik melarutkan mimpi sepanjang tidur sembari membayangkan
esok hari datang para pesulap yang akan merubah kahanan
rumah perdikan dari negeri yang tak lagi dipetakan oleh zaman.


2010

Gurit Dermayon Bahtera Nuh 24 Januari Dening Nurochman Sudibyo YS alias Ki Tapa Kelana

0 komentar

Gurit Dermayon - 24 Januari 2009 Ki Tapa Kelana Bertajug Bahtera Nuh

0 komentar

Memoriam 23 Januari 2010 Part 2

Kamis, 01 Juli 2010 0 komentar




Memoriam 23 Januari 2010

0 komentar





 
Gurit Dermayon © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum