Kumpulan Puisi Dyah Setyawati 2011 Penyair Indonesia, Tegal

Selasa, 04 Oktober 2011

Dyah Setyawati
Andai Kupinjam Namamu Dewi Renuka

Wahai buah tubuh;
seandainya kupinjam Dewi Renuka
atas nama ibumu
akankah tega membunuhnya
bertahun hidup dalam belukar;
seperti akar-akar pohon kekar
ia hirup udara daun, wajah ngungun
tanpa kemeja cinta membangun
hari yang belum pasti ranum
perempuan berwajah ibu
belum sepenuhnya mampu menjalani lelaku
“pilalu mahaseng hasepi” *
Ketika datang lelaki meraup kuyup hidup
sembari melukis rajah diseputar jantungnya
perempuan itu terpana;
mengamit waktu yang sedikit menjadi bukit
sorga bagi mimpi-mimpinya
salahkah ia
Buah tubuh;
sungguh kau bukanlah Ramabargawa
aku bukan Renuka
tamsil silam perlambang semata.

052011
*Pilaku Mahaseng hasepi = meninggalkan hidup duniawi bertapa


Dyah Setyawati
Bulan berkaca pada lautmu

Bulan berkaca pada lautMu
sinarnya membias diretak kalbu
akupun segera berkaca pada retaknya
sembari mencari damai yang entah dimana tersimpan
menjadikan mozaik bagi sebuah rumah harapan
kuharap kaupun selekasnya berkaca
pada hati yang tak melati
benihkan sangsi
racun yang menyebar dalam tubuh
semoga luruh;bersama cinta sungguh
ooo….anyir mulut yang menjelma manis kata
kuhapus mari lewat aroma terapi
wangi setanggi
khusuknya doa
bunga rampai
lekaslah sampai
ke yang maha dewa
sebab ini bukan cuma
pernak pernik semata
penghias pura kedalaman jiwa
melainkan doa kepada sang pencipta
saat berkaca pada retak cermin
kekasih

Bila kau jemput segala yang luput
sambil menggamit tangan
untuk bersama berkaca pada lautNya
seperti bulan sempurna saat purnama petang nanti
pasti kembali berkaca pada lautMu
pada lautNya
kupetik ia untuk lentera jiwa

14 082011



Dyah Setyawati
Mengunci Sunyi

Jangan kau buka lagi
ini bukan judi
yang mengkhatamkan kemenangan.

2011


Dyah Setyawati
Bayang Ibu

Bulan sabit mengalis biru
diwajah ibu
merobek bisu
lunglai aku.

2011



Dyah setyawati
Keramas Luka

Meminjam kunfayakunMu
tuhan mengkafani segala kesakitan
sedang aku menunggu kelanjutan
be happy.

2011



Dyah setyawati
Harap

Menunggu tamat kalimat
dipagi berlesung
asa berkalung.

2011


dyah setyawati
Rindu Ayah

Air mata pecah
berwajah ayah
jatuh disubuh
rindu berlabuh.

2011




dyah setyawati
Kangen
Semangkok resah
lahap matahari yang belum sempurna
sinarnya membias dikanvas nyata
sedang aku memaletnya lewat rindu.

2011



dyah setyawati
Racun

Gemuruh bibirmu
beracun seribu
kucium dipagi yang baru semi
bersama larik larik pesan singkat
beralamat
gugur rindu; bersijingkat
tak berminat.

2011



dyah setyawati
Rumah Bersayap

Dendang senyap
rumah bersayap;
menerbangkan rindu asa senantiasa
cahayamu sungguh kutunggu
mengkristakan waktu
untuk setia pada rumah
dimana aku dan cintaku berdiam.

2011



dyah setyawati
Tikam (ketika cinta simpan pisaunya)

Aku; tikam; sesekali menghujam madah racun; kau!
seperti angin inginmu mainkan liar rasa
menjadi kenang kunang matamu
yang jatuh pada rumput sunyi digelap malam
menyisakan lenguh bulan separuh
Aku; rindu rengkuh cintamu sungguh
sesak korsetmembelit tubuh
tarian luka jangan lagi kau suguh
sebab tlah sempurna luh runtuh
wahai….; kau yang maha mampu
mengabutkan silamku; silamnya
beri ridhomu Cuma
agar kembaraku tak layang layang
bimbang bukan;
mengukir matahari pasti
tanpa basa basi lagi.

Agustus 2011


dyah setyawati
Zigzag Orang dan Sapa Semut

Zigzag orang
samakah seperti sapa semut saat sua
santun tegur dalam bahasanya
memaknai dalam buku tidur; kucatat ia
meski sisakan gatal atas gigitnya
sedang zigzag orang; bisa garang
saling memakan teman atau lawan
siapa jadi pahlawan.

Agust 2011


dyah setyawati
Sarpakenaka

Perempuan yang pandai bersalin rupa
menjadi jelita
mengatur goyang pinggulnya
matanya bukan lagi telaga
berselingkuh menarikan birahi
bagai cerita sarpakenaka adik sang rahwana
dengan kuku bisanya;
menyobek jantung; simpan pisau didadamu
kau;bukan titis Sri Rama atau Laksmana
yang sanggup pangkas grumping hidung
dengan pedangnya
perempuan penggoda dengan hidung sintetis
menyebar magis; penuh japamantra
pantang masuki ruang suci
jangan pernah bawa kemari; gusti
kokohkan iman kebersamaan
sebab sudah saatnya memahat nisan
sebelum maut bersenandung
mendendangkan senja lembayung.

2011


dyah setyawati
Mencari

Memotret hatimu sangatlah sulit
mencari adaku diseputar jantungmu pun hampir tak kutemu
hanya belati menikam nikam jeda waktu
kapan kau beri aku “mawar’.

2011




dyah setyawati
Cinta Obong

Membakar bukan lagi api unggun
menghangat dingin
tapi meludeskan ‘rasa’.

2011



dyah setyawati
Fitri

Bersih tak membuat putih
keciprat nokhtah.

2011



dyah setyawati
Ngabekti

Membaca liar yang berkejaran
dimatamu;ibadah atau serapah.

2011




Dyah Setyawati
Lelaki Pemahat Kata

Sepanjang usia ia pahat kata menjadi kalimat bermakna
meraup aksara; memainkannya
lewat malam yang belum tentu bulan
pagi belum tentu mentari
tak segan makan duka pelacur
merasakan ikut mumur ajur
kerontang jiwa di dahaga
ia teriakan jua sembari tetap memaknai cinta

Wahai pemahat kata
aku masih terus bergelantungan di ketiak nyawamu
yang separuh menafasi ruh
sampai tuntas kembara

Ooo
tetes tetes embun itulah cintaku, melayarkan perpisahan kita
ke muara sungai bumi manusia
seperti linangan airmata
saat membaca kesakitan demi kesakitan
tapi engkau tetap setia berjaga
diantara pal-pal kereta menuju stasiun waktu
hitam gelombang yang memekikkan jerit peluit
di ujung penantian itu seperti memainkan partitur senja
ketika jemarimu merangkum berkuplet-kuplet puisi
yang meneriakkan abjad dan angka-angka

Tetes-tetes embun itu kekasih, menggoreskan serpihan jelaga
ke pelupuk mata kita
tapi engkau tak mengerti juga
karena percintaan ini hanya tubir angin
betapapun begitu ingin
kita selalu mempertanyakan kesetiaan Tuhan dengan wajah dingin
maka dalam doa; beri aku langit kirmizi
secangkir kopi dan gurauan lelaki
beri aku musik paling sunyi
bergelas-gelas inspirasi
dan maut tak henti-henti
beri aku dirimu tubuh yang sembunyi
gigil gerimis dan bayangmu berkelebat pergi.

2011

Dyah Setyawati atau Diah Setyowati, Lahir di Tegal (Jateng), 17 Desember 1960. Berpuluh tahun menggeluti penulisan puisi, membaca puisi di berbagai acara, menjadi juri puisi dan menulis puisi dalam bahasa ibu “Tegal-an” sebagaimana almarhum Piek Ardiyanto Supriadi, guru dan orang tua angkatnya yang layak disebut Begawan Sastra Tegal. Sesekali Dyah, juga tekun melukis bunga dan wanita, meski karyanya telah banyak dikoleksi orang, dengan rendah hati ia tak mau disebut pelukis.
Antologi Puisi tunggalnya : “Nyanyian Rindu Anak Pantai” (1979),” dan “Tembang Jiwangga”(1999). “Pasar Puisi” Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah (TBJT 1998), Selain itu karya-karyanya terhimpun dalam kumpulan puisi 32 Penyair Jawa Tengah: “Jentera Terkasa” (TBS). “Inilah saatnya” (2008), Antologi Pendhapa 7 TBJT “Persetubuhan kata-kata” (2009),Antologi Puisi Tegalan “Ngranggeh Katuranggan” (2009), Antologi Kakawin “Pangikat Serat Kawindra” (2010), Antologi Pendhapa 10 “Perempuan dengan Belati di Betisnya” (2010) dan beberapa kumpulan puisi penyair Jawa Tengah lainnya.
Selain sebagai pengurus Dewan Kesenian Kab.Tegal (komite Sastra & Teater), Kepala suku Komunitas Asah Manah ini sejak awal 2010 bersama Penyair dan dalang tutur Nurochman Sudibyo YS berkeliling mementaskan lakon puisi dan geguritan bertajuk “Kembang Suket”, “Serat Kawindra”.”Kupu Mabur Golet Entung” dan “Negeri Corong Renteng” Bersama orang yang dicintainya tinggal di Gang Sadewo, no 22. Dukuh Sabrang Rt.02/Rw.04 Kelurahan Pangkah, Kecamatan Pangkah, SLAWI Kabupaten Tegal. Phond Mobile: 085642545777. Rekening : a/n Diah Setyowati, BANK MANDIRI KCP TEGAL SUDIRMAN 13901. No. 139-00-1063776-1


0 komentar:

Posting Komentar

 
Gurit Dermayon © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum