Menilik Sisi Unik Batik Surya Indramayu

Senin, 23 Maret 2009

Menilik Sisi Unik & Wisata Menarik
BATIK SURYA
BATIK PESISIRAN, BATIK PANTURA, BATIK PAOMAN, BATIK INDRAMAYU, JAWA BARAT INDONESIA
Oleh : Nurochman Sudibyo YS.

Batik SURYA lebih dikenal dengan sebutan Batik Paoman, Batik Pesisiran atau Batik Pantura, alias Batik Indramayu, Jawa Barat. Batik Surya merupakan salah satu bukti produk kekayaan budaya bangsa Indonesia, khususnya di Kelurahan Paoman Kabupaten Indramayu. Dalam perkembangannya Batik Surya Sebagaimana Batik Paoman lainnya, pada umumnya mengalami akulturasi budaya secara beratus tahun. Hal inilah yang kemudian menjadi sisi menarik pada bAtik Surya. Perpaduan budaya yang berkembang di masyarakat telah menghasilkan beragam corak, teknik, proses, dan fungsinya. Perkembangan ini tentu saja disebabkan oleh perjalanan serta adanya sentuhan masuknya pengaruh budaya luar khususnya negeri Cina. Batik Surya sendiri dibangun dengan pandangan dasar keindahan artistik yang terus berkembang sesuai dengan tuntutan zaman.

Bagi masyarakat Paoman, seni membatik merupakan keahlian kaum wanita yang dimiliki secara turun-temurun. Sejak awal tumbuh dan berkembangnya kegiatan membatik karena telah menjadi sumber kehidupan serta memberikan lapangan kerja cukup luas di masyarakat Paoman. Seni batik itu sendiri merupakan penyaluran kreasi yang mempunyai arti tersendiri. Selain memiliki keunikan, kegiatan membatik kadang juga dihubungkan ndengan tradisi, kepercayaan, serta pokok kehidupan yang berkembang di masyarakat.

Indonesia memiliki daerah pembatikan yang berada di Jalur Pesisir Utara Jawa (Pantura), dari Barat ke Timur meliputi kota pembatikan Indramayu, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Juana, Rembang, Lasem, Tuban, Sidoarjo, dan daerah Madura seperti; Tanjung Bumi, Sampang dan Sumenep. Di daerah-daerah tersebut terdapat masyarakat pengrajin batik yang cukup menonjol. Mereka dapat memotivasi pertumbuhan pembatikan sebagai komoditi perdagangan baik perdagangan dalam negeri maupun luar negeri.

Sisi menarik lain dari Batik Paoman Indramayu, semenjak dahulu tidak begitu terpengaruh oleh kultur keraton sentris. Berbeda dengan Batik Cirebon, Solo dan Yogyakarta. Dengan begitu tata nilai kerakyatan dan juga seni budaya rakyat Indramayu, cenderung lebih dominan bila dibandingkan dengan wilayah Cirebon, yang hingga kini masih terpengaruh kuat oleh kultur keraton sentris. Sebagai contoh Batik Cirebon yang menonjol di corak Mega Mendung dan wadasan yang jadi simbol pemerintah dan rakyatnya. Begitu juga motif Kereta Paksi Naga Liman yang jadi simbol kekuasaan raja-raja cirebon. Kalaupun ada motif lain lebih mengungkapkan ragam hias dunia pewayangan dalam kisah Mahabarata yang dicirebonkan.

Daerah pembatikan di Kabupaten Indramayu terletak hanya ada di dua wilayah Kecamatan, yaitu di Kelurahan Paoman dan Desa Pabean Udik yang masuk Kecamatan Indramayu, serta Desa Penganjang, Babadan dan Terusan yang masuk wilayah Kecamatan Sindang. Desa-desa tersebut saling berdekatan, sehingga wajar jika disebut Sentra Kerajinan Batik. Adapun Batik Surya adalah salah satu Produsen Batik di Kelurahan Paoman Indramayu yang perkembangannya dari tahun ke tahun meningkat secara signifikan. Tehnik pembatikan yang dipakai oleh Batik Surya adalah seni Batik tulis dan produknya kebanyakan berbentuk kain batik, sarung batik, Seprey, Taplak Meja, Sarung Bantal, Sajadah, Hiasan Dinding , Sandal, Gorden dll.

Adapun motif batik Paoman Indramayu produksi Batik Surya, disusun sangat dinamis, ritmis, dan memiliki koleksi perpaduan dari berbagai macam gaya, motif dengan pengaruh kuatnya budaya Cina. Ciri yang menonjol pada Batik Surya Indramayu ini adalah langgam Flora, dan Fauna yang diungkapkan secara datar. Di coraknya itu banyak bentuk lengkung dan garis yang meruncing (ririan) berlatar putih, dan warna gelap serta banyak titik yang dibuat dengan tehnik cocohan jarum (complongan), serta bentuk isen-isen (sawut) dengan bentuk pendek-pendek yang terkesan kaku.***



Motif dan Sejarah Batik Surya Paoman Indramayu
Oleh : Nurochman Sudibyo YS.

Batik Surya, Paoman Indramayu digolongkan dalam jenis Batik Pesisir. Disebut demikian karena ragam hiasnya sangat naturalis, bebas, dan tidak memiliki pakem atau batasan yang mengikat sebagaimana batik Yogya dan Solo. Pada Batik Pesisiran terdapat tata pewarnaan yang sederhana. Meski begitu tidak mengurangi ciri khas dari pewarnaan lazimnya masyarakat pesisiran. Disebut Batik Pesisiran karna pada dasarnya Batik Surya merupakan batik dari daerah luar keraton yang tumbuh dan berkembang secara berbeda.

Dalam Buku Batik yang diterbitkan Yayasan Harapan Kita disebutkan beberapa alasan mengapa Batik Paoman Indramayu disebut Batik Pesisiran. Hal ini dikarenakan para pelaku pembatikan mayoritas masyarakat kecil atau rakyat jelata. Mereka para pembatik di Paoman Indramayu tidak berinduk pada alam fikiran yang feodalisme, aristokrasi bangsawan Jawa. Karena sifat dan iklim serta kondisi pembatik adalah rakyat jelata, sudah barang tentu berbeda dengan kalangan keraton dan jajaran status kebangsawanan yang dimiliki mereka. Namun demikian Batik Surya Paoman Indramayu kian melaju eksistensinya, berawal dari konsep batiknya rayak jelata. Pada hasilnya Batik Surya merupakan medium pengungkapan gagasan dan ide yang merdeka sebebas-bebasnya.
Dalam proses pembuatannya Batik Surya atau Batik Paoman Indramayu, baik dari sisi motif, corak, warna dan penggunaannya tidak terikat pada patokan-patokan alam fikiran religi magis ataupun keterlibatan teknis dan jadwal yang bersifat sembilan. Kedua yang menyangkut sifat produk batik sebagai barang dagangan dengan proses penggambaran yang cepat dan spontan, ragam hias yang dipilih pun umumnya secara turun temurun sudah dikenal dan menjadi tradisi daerah tersebut.

Ragam hias Batik Surya Indramayu, merupakan hasil dari sekian banyak percampuran kebudayaan asing dan daerah lain, yang diolah melalkui esensi budaya lokal. Batik Surya, Paoman Indramayu merupakan perpaduan seni batik pengaruh budaya lokal, Hindu, Islam, dan Cina. Ciri yang menonjol dari Batik Surya Indramayu memiliki langgam flora dan fauna yang diungkapkan secara datar. Banyak bentuk lengkung dan garis yang meruncing (ririan), berlatar putih dan warna gelap serta banyak titik yang dibuat dengan tehnik cocohan jarum (cemplong) serta bentuk isen-isen (sawut) yang pendek dan kaku. Para Pembatik Paoman Indramayu banyak mengambil tema alam sekitarnya yang dituang menjadi bentuk ragam hias diatas kain.

Latar belakang kehidupan nelayan dan petani serta lingkungannya menjadi ciri dan identitas Batik Surya Paoman Indramayu. Tidak banyaknya makna simbolis para gagam hias batik Paoman Indramayu disebabkan karena para pembatik lebih cenderung mengganggap bahwa seni membatik selayaknya melukis. Mereka membatik tanpa maksud apapun, kecuali berkarya dengan mengungkapkan keindahan alam sekitar ke dalam obyek media batik tersebut. Batik Surya, Paoman Indramayu kini menjadi komoditi ekonomi. Produksi Pengembangan Batik Paoman ini dibuat berdasarkan selera konsumen dan tidak memakan waktu lama dalam proses pembuatannya.

Adapun sisi menarik lainnya dari Batik Surya dan Batik Paoman Umumnya, memiliki jenis-jenis tumpal yaitu tumpal tunggal (tumpal landa) diletakkan diujung kain dan ujung selendang. Bentuk tumpal pusung dan tumpal mainang diletakkan pada kepala sarung. Peletakan ini dikhususkan dimana sarung punya kepala dengan luas berbanding bagian kain 1 : 4. Sedang format pada kain sarung dan kain panjang batik Indramayu, sesungguhnya tidak berbeda dengan format kain batik dari daerah lain. Namun demikian perbedaan justru terjadi pada penamaan. Untuk bagian kepala kain terdiri dari tumpal, galang, kupu (papan) galang isen (buk) dan telepahan (pinggirian), sedang bagian badan kain sisebut latar motif.

Sejak masa pra sejarah bentuk pinggir-tumpal berupa deretan segi tiga sama kaki telah ada dan terlihat, terutama dari penemuan nekara perunggu zaman pra sejarah di Jawa Barat dan Sumatra. Pemakaian bentuk tumpal yang paling dikenal terdapat pada kain tenun dan batik yang ditempatkan di bagian kepala kain. Pengertian makna dari tumpal dikalangan pakar budaya memang bermacam ragam. Diantaranya menurut Rens Heringga, (peneliti dari Belanda yang telah meneliti kain dari kerek dekat Tuban dan di daerah pesisir Utara Jawa Timur) sesuai patokan sosial budaya masyarakat pesisir setempat. Di desa itu badan, pinggir, papan, dan tumpal merupakan istilah-istilah untuk menggambarkan lingkungan desa dan pesawahan yang menjadi wilayah akrab usaha mereka di bidang pertanian.

Rens, menulis bahwa badan melambangkan petak sawah, pematang (galangan) dilambangkan dengan pinggir, sementara titik-titik kecil yang dibatikkan pada bagian papan mewakili tanaman padi yang masih muda. Arti dari bentuk tumpal menurutnya adalah; Pertama; dijadikan perlambang pegunungan yang menjulang di sisi utara. Kedua; segitiga atau tepatnya hiasan didalamnya yaitu sebuh pohon kecil merupakan visualisasi pohon-pohon kelapa yang menjulang, menjaga ujung-ujung pesawahan.

Budaya masyarakat Paoman Indramayu, masuk kategori budaya masyarakat pesisiran. Budaya ini dibentuk oleh para pedagang yang datang ke Pelabuhan Cimanuk. Kini Kebudayaan pesisir Indramayu itu telah memberi kekentalan dan kekhasan pada seni batiknya. Utamanya dengan latar belakang budaya nelayan sebagai nilai asli dan tradisi masyarakat pesisir Indramayu. Dibandingkan dengan Cirebon yang berlatar budaya istana, budaya Indramayu, berlatar budaya kerakyatan dengan perkembangan selanjutnya dibentuk dari pesatnya kegiatan perdagangan. Budaya masyarakat pesisiran umumnya terbentuk dari pengambilan dan pencampuran unsur-unsur budaya lain. Pengaruh tersebut kemudian diolah menjadi budaya lokal yang menjadi budaya tersendiri dengan gaya yang dikenal sebagai budaya pesisiran.

Beberapa seni tradisi kerakyatan dan lokal genius yang ada di Paoman Indramayu berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Seperti halnya pesta laut atau Nadran di masyarakat nelayan. Atau juga ragam hias batik yang memuat nilai-nilai lokal dari kehidupan nelayan dan petani, seperti iwak etong, sisik, jae serempag dan rajeg wesi. Pekerjaan nelayan Indramayu yang sehari-hari mencari ikan dan kemampuan dalam mengelolanya, pada umumnya berhasil melakukan tradisi yang berkaitan dengan nyanyian dan musik. Ini semua dapat dilihat dari upacara-upacara adatnya seperti Mapag Sri, Sedekah Bumi, Baritan , Ngarot dll.

Dalam bidang seni lain seperti batik, bisa dibilang Masyarakat Paoman Indramayu dan sekitarnya dapat dikatakan kurang kreatif dalam merancang serta menginventarisir motif dan karya-karya seni yang lahir. Sangat sulit menyebutkan siapa yang pertama kali membuat motif iwak etong, misalnya. Kekuarangan ini salah satunya disebabkan karena membatik dilakukan sebagai kegiatan pengisi waktu luang saja. Meski kemudian hasilnya dapat dijual dan menjadi pendapatan keluarga. Masyarakat nelayan yang kehidupannya monoton memandang kegiatan membatik sebagai komoditi perdagangan biasa sepertihalnya menangkap ikan. Sementara itu di Cirebon masyarakat Nelayan tidak demikian mendominasi jumlahnya sebagaimana di Kabupaten Indramayu.
Masyarakat Cirebon selain menganut budaya istana juga dikenal sebagai masyarakat pedagang. Selain ditunjang dengan memiliki pelabuhan besar dan ramai Kota Cirebon cepat sekali maju dikarenakan sebagai kota transit para pedagang dan pembisnis di tanah air. Kalaupun ada beberapa motif yang memiliki makna simbolis pada beberapa ragam hias batik Paoman Indramayu, hal itu sabatas mewakili hal-hal yang menyangkut kepercayaan masyarakat asli yang berprofesi sebagai nelayan dan petani.

Pencarian identitas budaya Indramayu pun terus dilakukan lewat unsur-unsur budaya lain yang ikut pula mempengaruhi. Kekuatan budaya asli sebelum zaman Hindu, budaya Hindu, hingga masuknya Agama Islam dan pengaruh Budaya Cina menjadi faktor penting penambah kayanya wawasan budaya masyarakat pesisir. Adapun makna simbolis, sistem kepercayaan, dan struktur sosial, ini semua mempengaruhi nilai fungsi budaya manjasi unsur-unsur dalam mengkaji konvensi seni tradisi batik Indramayu.

Di masa Pra Islam, ada kecenderungan seniman bermaksud memaparkan bagaimana masa Hindu, dirunut dari masa Kerajan Pajajaran dan Kerajaan Mataram yang juga mempengaruhi budaya masyarakat Indramayu. Namun demikian tidak ada catatan terinci mengenai masa Indramayu di masa sebelum Hindu. Karena menurut sumber tertulis daerah Indramayu baru mulai dibangun di masa kerajaan Pajajaran. Kesenian yang dipengaruhi budaya dan kepercayaan Hindu telah menjadi konvensi dan pengaruh pada seni membatik di Indramayu. Hal ini terlihat dari penggunaan bentuk sawat (Sayap), kawung, pola ireng dan pola semen.

Di masa penyebaran Agama Islam yang masuk melalui pelabuhan Cimanuk, budaya Islam ikut mempengaruhi ragam hias batik Indramayu. Ini merupakan awal masuknya ragam hias geometris. Kedatangan orang-orang Cina baik yang datang secara langsung maupun yang berdagang di awal Masehi yang memberi berpengaruh masa perunggu, membawa bentuk-bentuk seperti meander, banji/swastika, burung puniks, kilin, dan merak.

Bentuk sawat pada ragam hias Batik Surya Paoman Indramayu, tidak sama ukurannya dengan bentuk sawat Batik Yogya. Ukuran hias Sawat Batik Yogya lebih besar, begitu pula dengan arti dari sawat tersebut. Sawat (lar) dalam batik Yogya bermakna mahkota atau penguasa tertinggi. Sayap tersebut digambarkan dengan mengambil bentuk sayap burung garuda. Sedangkan di masyarakat Paoman Indramayu, selain sawat dilambangkan sebagai lar , keindahan bentuk semata, hal tersebut ternyata memiliki arti lain. Semisal ragam hias Sawat Riwog. Sawat disini artinya kupu-kupu. Adpun Riwog artinya bulu pelengkap dengan kepompongnya. Sawat juga merupakan sebutan lain dari binatang Crepung. Jadi bentuk sawat dihubungkan dengan alam dan kehidupam sekitar masyarakat nelayan. Selanjutnya jenis ragam hias geometris yang dipengaruhi seni Islam pada batik Indramayu, terungkap setelah diolah dengan nilai-nilai budaya lokal masyarakat Paoman Indramayu. Hal ini berbeda arti dan pemaknaannya sebagaimana diajarakan dalam Agama Islam yang menghubungkan seni rupa dengan nilai simbol dan hubungannya dengan Sang Maha Pencipta. Dimana segala sesuatunya kaum muslimin tidak lepas dari nilai-nilai ajaran Agama Islam.

Dalam ajarannya Agama Islam menganggap bahwa alam adalah ciptaan dan anugerah. Sebagai ciptaan Tuhan, alam bersifat teologis, sempurna yang sifatnya juga sementara dan teratur. Anugrah alam adalah tempat yang baik dan tidak bernoda. Tiga ketentuan ini teratur, bertujuan demi kebaikan. Semua itu menandai dan merangkum pandangan Islam terhadap alam yang akhirnya menjadi salah satu cermin bagi kebudayaan Islam pada umumnya dan seni rupa Islam pada khususnya. Ragam hias pintu raja dan sejuring dengan pola geometrisnya adalah bentuk pengaruh seni Islam, namun berbeda dalam tujuan dan simbol.

Adapun Ragam hias pintu diambil dari ukiran gapura pada pintu Kekuasaan Keraton Manukrawa di muara Cimanuk hingga masa Pangeran Adipati Wiralodra. Ragam hias Sejuring mempunyai simbol sebagai penyembuh sakit, sehingga banyak dipakai sebagai hiasan selimut atau alas tidur. Bentuk banji atau swastika merupakan pengaruh dari seni hias Cina. Semua itu bermakna sebagai lambang peredaran bintang, matahari dan alam semesta. Batik Indramayu yang memakai motif ini terdiri dari batik selera Cina yang dibuat untuk memenuhi pesanan masyarakat Cina, dengan menyertakan makna simbolis dan estetis saja.

Ragam hias Banji Tepak diambil dari bentuk kotak wadah barang-barang berharga atau perhiasan yang banyak dimiliki kaum bangsawan Indramayu. Biasanya diletakkan di bawah ubin, selalu dalam keadaan terkunci. Dengan bukti bahwa pengaruh budaya luar yang masuk ke Indramayu tidak semua ditiru, melainkan mengalami percampuran budaya terlebih dahulu (akulturasi). Dalam pengolahan budaya di masyarakat, lebih lanjut oleh para pengrajin batik kemudian dirancang sesuai interpretasi masyarakat umum. Yang kadang dijadikan mitos atau kepercayaan tertentu, sebatgaimana nenek moyang masyarakat Indramayu meninggalkan ajaran budaya tersebut. Diantaranya kepercayaan tertentu pada benda-benda yang diyakini mempunyai kekuatan magis (dinamisme).***








Potensi Batik Surya, dan Sejarahnya.
Oleh : Nurochman Sudibyo YS.

Batik Surya, atau Batik Indramayu seringkali disebut juga Batik Dermayon, dan lebih dikenal lagi dengan sebutan Batik Paoman. Batik ini tergolong batik pesisir. Di Indonesia Batik Pesisir yang juga terkenal adalah Batik Pekalongan, Batik Cirebon dan Batik Madura.

Batik Surya, termasuk Batik Tradisional Indramayu yang memiliki ciri khas tersendiri. Corak-coraknya yang khas itu tidak dapat dijumpai pada batik di daerah lain. Kalaupun ada kesamaan dalam hal ragam dan hiasnya di batik daerah lain, gaya serta pewarnaanya pada Batik Surya Indramayu tetaplah berbeda. Hal ini dikarenakan kentalnya pengaruh budaya baik yang datang dari luar, juga dikarenakan kekayaan budaya daerah Indramayu sendiri serta kentalnya unsur kepercayaan, pengaruh lingkungan dan adat istiadat.

Dalam hal motif dan warna batik, nyata sekali perbedaannya antara batik klasik Indramayu dengan batik klasik Cirebon (Batik Trusmi) dan Madura (batik Sumenep). Batik Surya Paoman Indramayu, banyak dipengaruhi oleh perkembangan batik di daerah Pesisir Utara Jawa Tengah seperti; Lasem. Sedangkan Batik Trusmi Cirebon mendapat pengaruh besar dari daerah pedalaman Jawa Tengah seperti Daerah Pengging dan Solo.

Dalam sejarahnya pembuatan Batik Klasik Indramayu diperkirakan telah berlangsung lama, yaitu sekitar abad ke 13-14 dimana Pelabuhan Cimanuk menjadi satu-satunya pelabuhan terbesar di Pulau Jawa dan Asia, semasa jayanya Kerajaan Manuk Rawa di Muara Cimanuk. Saat itu perdagangan dari berbagai bangsa di dunia terjadi di Pelabuhan Muara Cimanuk. Selanjutnya Diramaikan kembali di masa kerajaan Demak (tahun 1527). Karena saat itu banyak pengrajin dari Lasem yang hijrah ke Indramayu. Oleh karena itu tidaklah heran jika Batik Paoman Indramayu ada yang hampir sama motifnya dengan motif batik Lasem yang didalamnya sudah dipengaruhi pula oleh Batik Cina. Meskipun begitu batik dari Jawa Tengah ini masuk ke Indramayu melalui perantara pedagang-pedagang yang mondar-mandir antara Jepara dan Banten.

Sementara itu dalam catatan sejarah Pulau Jawa dijelaskan bahwa Ki gede Trusmi dan Ki Gede Pengging (Kebo Kenanga) adalah murid Syekh Lemahabang alias Syeh Siti Jenar. Dimungkinkan banyak orang-orang dari Pengging-Solo yang hijrah ke Trusmi dan dari sana mereka mengembangkan industri batik hingga sekarang.

Dengan demikian dapat dipastikan bahwa industri batik di Indramayu sudah berkembang sejak zaman Kerajaan Manukrawa, Majapahit, Demak, sedangkan di Cirebon (trusmi), baru berkembang pada zaman Kerajaan Pajang. Mungkin pula orang-orang dari negeri Pajang yang runtuh di tahun 1585 banyak warganya yang hijrah ke trusmi dan disana kemudian mengembangakan industri batik Trusmi.
Meski Batik Indramayu dikenal sebagai batik klasik dan usia perkembangannya telah beratus tahun, tetaplah menghormati perkembangan batik di Cirebon. Hal ini dikarenakan pengaruh Keraton di Cirebon meski telah memasuki jaman merdeka, tetap berpengaruh besar pada perkembangan dan motif yang ada. Wajar jika batik Paoman Indramayu lebih kaya motfnya ketimbang Batik Cirebon. Namun karena Motif Batik Indramayu belum melakukan penertiban hask cipta banyak pula motif-motif yang berasal dari Indramayu diakui oleh pembatik luar.

Namun harus kita akui bahwa daerah Cirebon dan Indramayu sama-sama merupakan kota pelabuhan dan kota perdagangan dengan letak geografis yang berdekatan. Wajar saja jika ke dua daerah ini saling mempengaruhi dengan ragam hias batik yang tak terelakkan keindahan dan ragamnya.

Yang menarik dari dua daerah tersebut masing-masing memiliki corak yang satu sama lainnya berbeda. Meskipun kadang ada juga persamaannya. Ciri ragam hias Batik Indramayu adalah ungkapan rupa yang datar, lugas, sederhana dan tidak mengandung makna simbolis. Sedangkan pada ragam hias batik Cirebon kebanyakan berdasarkan makna perlambangan, aturan tertentu, pola penggambaran persfektif seperti lukisan, karakter garis halus dan detil. Warna khas kuning Cirebon.

Ragam hias batik Indramayu merupakan ciri pesisiran sedangkan ragam hias Batik Cirebon tidak bisa sepenuhnya dikatakan pesisiran, karena latar budayanya keratonnya sangat dominan. Indramayu sebagai kota pelabuhan dan kota para pedagang dan nelayan yang semenjak dulu mempertemukan para penjual dan pembeli, barang-barang seperti keramik, sutra Cina, yang waktu itu bermaksud memperkenalkan pada masyarakat Indramayu keindahan ragam hias dari negeri Cina dan negeri Asia juga Eropa.

Bermukimnya masyarakat Cina di Indramayu semenjak zaman dahulu, telah menciptakan interaksi sosial budaya yang harmonis dengan penduduk lokal. Hal ini dapat dilihat dari perpaduan dan ragam hias Batik Surya, Paoman Indramayu, atau batik tradisi dengan hudaya Cina. Kain-kain Batik Surya Indramayu pada dasarnya tidak memiliki trasdisi pencantuman nama atau tanda tangan si pengrajin dan si pengusaha. Lain hal-nya dengan Kain Batik Pekalongan seperti Batik Belanda dan Cina yang nama perancangnya dicantumkan, misalnya Batik Van Zulyen. Dengan tidak adanya pencantuman nama tersebut, pencarian secara akurat siapa pembuat atau pemilik kain batik tersebut selalu saja menemui kesulitan. Oleh karena itulah daerah pecinan yang berlokasi sepanjang tepi timur Sungai Cimanuk menjadi tempat tinggal turun temurun masyarakat Cina di Indramayu menjadi salah satu sumber data sejarah perkembangan batik dan pengaruh Budaya Cina Indramayu.***


Batik SURYA , di Sentra Batik Paoman Indramayu.
Oleh : Nurochman Sudibyo YS.

Kegiatan membatik di Kabupaten Indramayu telah tumbuh sejak ratuasan tahun yang lalu.Ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya batik-batik kuno yang setelah diuji usianya ada yang berumur 200-300 tahun. Batik kuno klasik inibanyak dimiliki kalangan tertentu yang secara turun-temurun benjadi benda warisan dari nenek moyang mereka.

Adapun budaya seni membatik konon diperkenalkan oleh para pedagang bangsa Cina di daerah pesisir pantai utara, yang kemudian dipelajari oleh istri-istri nelayan Indramayu sembari mengisi waktu senggang saat menanti suaminya melaut. Lama-kelamaan budaya membatik berkembang menjadi ciri khas daerah baik motif maupun corak dan pewarnaannya yang dipengaruhi oleh karakteristik masyarakat dan lingkungan setempat.

Sampai hari ini Batik Surya, Paoman Indramayu telah memiliki 143 motif, dan seluruhnya telah dididaftarkan di Departemen Kehakiman dan Ham untuk mendapat Hak Cipta. Namun demikian hingga sekarang baru 50 motif batik yang sudah mendapat sertifikat Hak Cipta. Adapun sisanya masih dalam proses.

Adapun jumlah perusahaan Batik di Indramayu sampai saat ini ada sejumlah 80 unit usaha. Mereka tersebar di Kelurahan Paoman, Desa Penganjang, Desa Terusan, dan Desa Pajirikan. Semua pengusaha batik di daerah ini disebut Sentra Batik di Kabupaten Indramayu. Dari 80 Unit usaha tersebut hanya ada beberapa pengusaha saja yang sudah memiliki show Room. Satu Diantaranya adalah Batik SURYA. Bahkan Wisma Batik SURYA saat ini telah dilengkapi sarana wisata batik, seperti Ruang Pamer (galery), Ruang Laboratorium, Ruang Kegiatan membatik, dan Saung dan Taman diantara rimbunan Mangga Gedong khas Indramayu.

Batik Surya adalah unit Usaha Batik di Kelurahan Paoman dengan nama Pemilik Ibu Hj. Maemunah dan Bapak H. Suryanto SH. Selain fasilitas Sow room, yang memamerkan produk berbagai jenis kain batik, sarung batik, sarung Bantal, Sepey atau Bad Caver, taplak meja dan gorden. Batik surya juga memproduksi pakaian Jadi dengan Motif Batik Khas Batik Surya seperti Kemeja dan Kebaya.

Wisma Batik Surya Paoman Indramayu, berlokasi di Jl. Kopral Yahya, No.22 Rt 01 Rw.I Kelurahan Paoman Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu Jawa Barat Indonesia. Telephon (0234) 271512. Mobile HP. 087821355578. Untuk memiliki koleksi Batik Surya bisa diperoleh dengan pemesanan melalui Pos, atau via Internet dengan Email : batiksurya@gmail.com , batiksurya@yahoo.co.id
Selain itu Pemesan dapat melihat produk-produk terbaru dan informasi Perkembangan Batik Surya lewat : www.batiksurya.cc.cc atau www.batiksurya.blogspot.com.
Sebagai Sentra Industri Batik, Batik SURYA Paoman Indramayu, adalah perusahaan Batik Tradisional dan Modern yang memiliki tenaga kerja berjumlah 42 orang. Perusahaan ini memiliki investasi awal 20 Juta yang kini telah meningkat ke angka 72 juta.Adapun kapasitas produksinya per tahun lebih dari 5000 potong. Adapun nilai produksinya per tahun sebesar 400 juta rupiah.

Perkembangan ragam hias Batik Suryam Paoman Indramayu tidak terlepas dari trasformasi budaya dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat mengenai pandangan terhadap nilai-nilai simbolis seni membatik. Motif-motif simbolis Batik Surya , Paoman Indramayu, yang dimasa dahulu punya pemaknaan dalam kehidupan masyarakat dimasa kini berhenti menjadi suatu produk batik tanpa simbol tapi hanya sebagai nilai keindahan saja. Perubahan ini diperkirakan berhubungan erat dengan pengaruh pasar yang sifatnya komersil. Nilai-nilai tradisi batik indramayu terus bergeser mengikuti perkembangan yang terjadi. Sedangkan nilai ekonomis dan tuntutan pasar menjadi prioritas utama dalam mempertahankan keberadaan batik klasik Indramayu.

Untuk melestarikan ragam hias batik Indramayu, Batik Surya perlu kiranya mempertahankan ciri khas batik sebagai identitas daerah. Kami pun terus berupaya memberikan pemahaman dan wawasan kepada para pengrajin supaya menghargai karyanya sendiri. Hal ini mengingat Batik Surya merupakan komoditi seni yang bernilai tinggi dan mempunyai nilai ekonomi. Upaya lebih aktif mengenalkan Batik Surya Paoman Indramayu kepada masyarakat luar adalah program utamanya. Sehingga diharapkan Batik Surya Indramayu tidak hanya sebagai salah satu komoditi dagangan yang memberikan pendapatan bagi para perajinnya. Namun demikian juga merupakan salah satu aset seni dan budaya lokal yang sudah seharusnya dapat terus dipertahankan.***


*. Penulis adalah Seorang Penyair, dan Pekerja Seni yang tinggal di Indramayu.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Gurit Dermayon © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum