Cacaban Seusai Hujan

Jumat, 08 Oktober 2010

Pagi di perbukitan timur, selatan kotamu dari luar kendaraan
sisa gerimis tadi malam juga tapak roda sehabis balapan
teman-teman sepermainan di kedai the. meramu mendoan
dan anak-anak bersorak seriap kali datang penuh helm kedok
musik dangdut di kejauhan, dililit bendera sponsor
gadis-gadis dililit daun tipis saja menjaga payung. di atas gunung
menjaga telaga dengan perahu bolak-balik menyewa nyawa
pelancong, pandangi hijau pulau , kerbau berenang
mandi disepanjang tepi, bapak-bapak bersepeda memancing
kanclah, nila dan wader pari, jadi penghasilan tambahan
atau lauk pauk di menu warung mbak retno
sambal lalap godokan waluh kecil dikunyah makan siang

Arena balap orang-orang berpeluh hingar bingar kendaraan
mengalahkan keheningan gunung. Anak muda itu menari
memainkan rambutnya yang gondrong dengan sehelai syal melilit
kita menjadi penonton yang dililit irama hip-hop, rock and rool
juga dansa-dansi burung prenjak di pucuk cemara. Menyisihlah
jika kau tak ingin kehilangan tiket terbang ke negeri yang jauh
memtakan diri pada sebuah danau buatan. Menyepi di bawah jembatan
menolak tawaran mengelilingi danau di sore hari,
sembari menanati kembali kapan gerimis datang dan kita berteduh
di sebuah warung seorang gadis jangkung membuat ramuan urab
“aku lebih memilih membantu ibuku ketimbang diajak memasarkan
produk negeri lain yang menjanjikan keuntungan dan impian semu
dan lagi-lagi kita berdua Cuma bisa tertawa melihatmu kemayu.

10

0 komentar:

Posting Komentar

 
Gurit Dermayon © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum