Pusara Pasir Berdebu

Jumat, 28 Januari 2011

Aku menemukan kotamu yang hilang
ditelan debu rumputan, saat kusemai altar bumi
dengan sembahyangku, ilalang dan jelaga berjarum
bau tanah merekah meneriakkan emosi gasing
dan dengung rama-rama diatas kulit bumimu

Udara kotapun berubah dalam sekejap
hari itu, seisi alam seperti sedang sekarat
tak beri kesempatan untuk kami berkelebat
melewati malam-malam dingin
wisik jarum skala reigter yang terpasang di kaki bukit
juga orang-orang semedi disemak gunung
meneriakkan kata-kata juga doa
tapi tak ada suara yang keluar
selain erang kesakitan dan ketakutan. Kalut bumi
sakaratul maut Mu.

Bau tanah merekah. Lahar meliarkan anyir darah
mengucur dari kening ibu. Dan, anak-anak tak berdosa itu
seperti bantaran pasir di puncak Merapi berpindah
tak tentu arah. Dari mana kau taburkan asap berdebu
lalu kembali bisu diketebalan abu-abu
kau datang, untuk kemana kau pergi
kita lupa siapa diri, siapa. Kita memang tak punya siapasiapa

Diantara nyawa membumi bersemayam nama siapa
seakan ditelan waktu, mengira berkunjung separuh akhir
inilah pusara pasir berdebu
kisah perjalanan kota yang hilang diskenariokan zaman.

10.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Gurit Dermayon © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum