Penyair Tegal - Nurochman Sudibyo YS - Pemotret Itu Memulung Api

Minggu, 24 April 2011

Nurochman Sudibyo YS
Pemotret Itu Memulung Api

Kutau engkaulah pengabadi cuaca dengan menu keliling. Sepanjang usia memutari kampung dengan warna cahaya. Mengisi kepala untuk segala informasi desa, serasa menyambangi setiap keranda. Sembari mencatat aroma lapar, sampai kembung perutmu. Mengambil gambar juga memulung api. Membawa rasa pulang dan sayang untuk beratus naskah drama orang-orang mati. Dengan sisa catatan yang kau curi, di bawah tempat tidurmu. Sungguh tikus pun gelisah seumur-umur. Menuliskan nama sendiri di atas api yang tak pernah kau cipta. Seraya mencaplok dunia lain. Kau pusing-pusingkan kepala, manakala piring beling di dapurmu saling silang bersaing diterbangkan.

Kutau kau bermimpi jadi Resi, duduk di beranda basah sejajar dengan kursi almarhum begawan. Sebangku dengan empu yang lebih dulu memecah batu-batu. Jika kau mati nanti namamu bisa sejajar dengan Rosihan Anwar. lalu kau tulis puisi dan diterbangkan ke dunia maya. Negeri impian barumu itu menyiarkan wajahmu lewat blogg, yutub, email, FB dan twitter. Semua orang menyanjung diri sendiri. Seperti dunia dalam permainan tak berperi, namun kadung terpatri. Seperti semangkuk soto yang enak menurut mulut dan perutmu.

Kutau sejatinya kamu masih malu, pergi jauh dari rumah, tak mungkin kau jalani selagi mudah mabuk darat. Tak banyak bicaralah engkau, menulis puisi atau cerita pendek saja bingung mencari judul. Diberi nama anak atau diri sendiri seperti menunjukan eksistensi tiada arti. Kau makin menjauh dengan keringat berpeluh. Duduk terpisah di tepian yang sangat jauh, namun matamu jalang, esemes pun berseliweran seakan semua orang mau kau kalahkan dengan isi pesanmu. Sungguh ejakulasi dini, asem urat dan spilis kelaminmu.

Kutau kau mulai belajar, menghilangkan jarak teramat jauh. Mau belajar lagi, anak-anak kian bertambah banyak, hidup terhimpit seluruh ruh. Terpaksa memilih jadi pemotret dan memulung api. Sisa kehidupan untuk keberuntungan. Mungkin saja nasib tak selalu bergantung. Masih ada teman yang bisa diajak berbagi untung. Meski yang kau makan itu sebenarnya cuma balung si buntung.

Kutau, masih ada yang takut dengan gayamu atau risih dan kasihan atas kelemahan yang dirancang abu-abu. Secepatnya ajak teman seolah-olah ditugaskan. Lumayan jika tiap kebohongan menghasilkan kesombongan. Energi apa lagi yang mendorongmu. Jagal saja orang lain. Sekarang jaman informasi narsisme, eufemisme dan negeri pura-pura. Anak kucing merasa telah jadi singa. Itulah kau, jangan diam dan tak lakukan apa-apa, selagi masih ada; maklum. Och bagaimana orang berbuat apa-apa? Kalau semua itu tak menyimpan apapun dan bahakan tak ada apa-apanya.

Kutau seberapa banyak kau timbun usia di daun-daun, selalu saja lupa tak bayak yang mau bertepuk tangan. Apalagi tersenyum untuk semua yang kau lakukan. Kameramu mengarah tidak dengan kesungguhan. Sekarang bangga dicaci maki para wali yang merasa resah dengan ulah terompahmu. Saat mata dipincingkan, Selalu kau punguti api, hingga rusak kahanan negeri ini. Mengubur esensi lokal di gelembung tanggal kelahiranmu.

2011

Biografi :
Nurochman Sudibyo YS. Pekerja seni dan budaya kelahiran Tegal (Jawa Tengah) 24 Januari 1963. Menulis Puisi, cerpen, Esai, catatan perjalanan dan geguritan. Dipublikasikan di berbagai media masa sejak tahun 90-an. Kumpulan Puisi Tunggalnya “Payung Langit” (1993), “Malam Gaduh” (1995), Soliloqui (1997) dan “Gerhana” (2000). Kumpulan Guritannya telah terbit di “44 Gurit” (2006), “Godong Garing Keterjang Angin” (2007), “Blarak Sengkleh” (2008), “Bahtera Nuh” (2009), “Pring Petuk Ngundang Sriti” (2010). Kumpulan Puisi Basa Cerbon bersama Ahmad Syubanuddin Alwy; “Susub Landep” (2008), “Nguntal negara” (2009) Dan “Gandrung Kapilayu (2010). Kumpulan Puisi Tegalan “Ngranggeh Katuranggan”(2009). Puisi-puisinya terkumpul dalam antologi bersama “Kembang Pitung Werna” (1992), “Kiser Pesisiran” (1994), Antologi Penyair Indonesia “Dari Negeri Poci” Th 1996, antologi puisi dan cerpen Indonesia moderen “GERBONG” Yogyakarta (Th.2000), “Antologi Penyair Indonesia HUT Jakarta” (1999), Antologi “Lahir Dari Masa Depan” Tasikmalaya (2001). Antologi “Dari Negeri Minyak” (Th.2001), Antologi “Sastrawan Mitra Praja Utama” (2008). Antologi “Pangikat Serat Kawindra” (2010), dan Antologi “Perempuan Dengan Belati di Betisnya” Taman Budaya Jawa Tengah (2010). Sebagai sastrawan tinggal dan menetap di Slawi Kabupaten Tegal. Berkali tampil membacakan puisi dan menjadi juri puisi di berbagai kota. Sejak awal tahun 2010 bersama Dyah Setyawati mementaskan lakon puisi secara berkeliling, dengan memadukan unsur tradisi guritan, tembang, suluk, wayangan dan tari, bertajuk “Pangikat Serat Kawindra”, “Kupu Mabur Golet Entung”, “Kembang Suket”, dan “Nagari Corong Renteng”. Penyair dan dalang tutur ini sejak tahun 1990 menjadi Ketua Medium Sastra & Budaya Indonesia. Alamat Dukuh Sabrang, Kec. Pangkah Slawi Kab. Tegal: Mobile: HP.085224507144 – 087828983673. E-mail: nurochmansudibyoys@yahoo.co.id, sakti_artmng@ymail.com dan Website: www.guritdermayon.co.cc., www.kembangsuket.blogspot.com, www.tropong.com

0 komentar:

Posting Komentar

 
Gurit Dermayon © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum